Sabtu, 21 Januari 2012

POTRET PENDIDIKAN INDONESIA


Pendidikan adalah satu-satunya yang bisa mengubah kehidupan bangsa menjadi bangsa menuju bangsa yang gemah ripah loh jinawi tutur KI Hajar Dewantoro. Sedangkang menurut Unesco, badan PBB yang menangani bidang pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia, bahwa jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
Dari penjelasan di atas sudah jelas jika suatu bangsa ingin maju, maka pendidikannya pun harus maju. Di tambahkan oleh Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Hari Anak Nasional, mengatakan bahwa bangsa yang pendidikannya jelek tidak maju, bangsa yang maju adalah bangsa yang produktif, inovatif, dan cerdas, di samping memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, sehat jasmani dan rohanidan rukun satu sama lain.
Dalam rangka mensejahterakan kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan perlu perhatian lebih terutama pada anak yang notabene sebagai subjek pendidikan. Karena mau tidak mau anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan meneruskan perjuangan bangsa ini. Maka dari itu sejak dini anak harus dikenalkan tentang bagaimana menjadi seorang warga Negara yang baik yang mempunyai rasa cinta tanah air dan bermartabat. Sebagai pendukung akhlak dan moral anak diperlukan pengetahuan tentang agama agar anak mempunyai kepribadian yang baik.
Sejauh ini persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa ini adalah bentuk kejahatan-kejahatan terutama yang menjadi sorotannya adalah lingkungan pemerintah sendiri. Budaya KKN masih merajalela di Negara ini. Pada akhirnya Negara dirugikan oleh moral manusia yang rendah dan tidak bertanggung jawab itu. Dan ternyata orang-orang tersebut adalah orang-orang hasil didikan sekolah “berakhlak jelek”.


Maka dari itu pemaknaan tentang pendidikan perlu ditegaskan kembali, yakni dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa terkecuali. Selama ini yang mampu bersaing dalam pendidikan masih berkutat di daerah perkotaan, sehingga daerah yang tergolong 3T (terluar, terdepan dan terpencil) kurang mampu bersaing dalam perkembangan pendidikan.
Inilah sebenarnya focus utama pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, “DESA” atau daerah 3T bukan terbilang lemah dan tak berdaya, akan tetapi jika diperhatikan mereka haus akan pengetahuan, mereka haus pendidikan. salah satu peserta Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia SM-3T di NTT sebut saja Devi, mengungkapkan “pendidikan di sana masih tergolong lemah, guru kurang sosialisasi perkembangan pendidikan, mulai dari kurikulumnya, terapan metode pembelajaran dan menciptakan lingkungan pendidikan yang tepat untuk anak. Sedangkan kondisi anak didik di sini tingkahlakunya cenderung berwatak keras seperti preman. Tidak hanya anak laki-laki saja, tapi anak perempuan juga sama tingkah lakunya seperti preman.”
Ini merupakan salah satu contoh masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasitanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan diseluruh aspek kehidupan, baik orang-orang terdekat maupun masyarakat, baik yang formal maupun nonformal, dengan tujuan  merubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik menjadi kebiasaan yang baik demi terbentuknya pribadi manusia yang baik dan berkualitas selama manusia tersebut menjalani kehidupannya.
Jadi, untuk memahami arti pendidikan yang seutuhnya harus ada keseimbangan antara pendidikan formal dan nonformal. Karena pendidikan formal sangat penting dalam membentuk sikap pada diri manusia. Namun, pendidikan nonformal sering dinomorduakan dibanding pendidikan formal. Oleh karena itu, banyak persoalan-persoalan muncul di lingkungan sekitar, yang terkadang muncul dari orang yang berpendidikan tinggi, namun tidak mempunyai sikap yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar